Qunut buat Si Dia
I think I have mentioned about my gramp somewhere on the internet and how close I was to the great man. Everytime saya bace du'a qunut dalam solat subuh, I'm reminded of the great man. Perjalanan qunut saya bermula pada usia saya 9 atau 10 tahun. Minggu akhir sebelum cuti sekolah bermula, our ustazah assigned us to hafaz du'a qunut. Ustazah cakap masuk sekolah semule after the school holiday, kami semua kene baca du'a qunut from memory.
Seperti biase, cuti sekolah je abah akan hantar me and my siblings balik kampung. Dan setiap kali balik kampung, I would update my gramp and nanna what went on at school; kat sekolah belajar ape, cikgu suruh buat ape, pendek kate semua benda nak diceritakan to this loving couple. So, I told my gramp about our hafazan assignment. Gramp said we could work on it together. The following morning, Gramp gathered myself, my sister and my cousins at the dining area. Dining area bukan macam rumah modern skang, tapi rumah melayu lama. The newer generation mungkin tak pernah dengar istilah ni kot; "para" dapoq. Its modern equation is the kitchen cabinet. "Para" dapoq selalunya ada pintu kayu to slide it close. Pintu sliding kayu untuk para dapoq rumah gramp was varnished finish kot. Permukaan kayu pintu tersebut berwarna gelap dan licin. Gramp used to treat pintu tu macam papan hitam di sekolah.
As we gathered at the dining, we watched gramp wrote the ayat from du'a qunut on his papan hitam. Gramp said, "hari ni wan nak semua read out loud du'a ni dan ulang baca sampai ingat. Esok pagi wan akan padam the first line of the du'a. Wan mau seorang demi seorang hafaz baris pertama esok". So we spent the entire day baca du'a qunut berulang kali. True to his word, esok paginya baris pertama sudah dipadamkan. Masak la! Kami semua kena recall the first line from memory dan lebih menakutkan kena baca depan gramp; seorang yang sangat strict. Cucu-cucu semua takut dengannya. Selesai semua reciting the first line from memory, gramp said "esok wan nak dengar kamu hafaz baris pertama dan kedua". The same processs berulang keesokannya sehingga ke baris terakhir du'a qunut. Akhirnya, by the end of the school break, all of us managed to hafaz du'a qunut. Thanks to gramp, I managed to hafaz depan ustazah when the school opened.
Sebagai penutup, apakah pengertian du'a qunut untuk kalian pembaca sekalian? For me, pengertian qunut adalah antara bingkisan kenangan indah the days I spent with gramp. Selama ini I never really reliased its true meaning sehinggalah gramp dijemput kembali kepada Sang Pencinta dua tahun lepas. I reliased now, qunut yang saya lafazkan dalam solat subuh adalah hadiah buat gramp di 'sana' . Setiap kali saya lafazkan qunut, setiap kali itu kebaikan tersebut sampai kepada gramp. Semoga Allah mengizinkan saya untuk melafazkan qunut dalam subuh sehingga ke akhir hayat saya. I really hope and wish that we would all be able to sampaikan walau sepotong ayat kepada penyambung generasi kita agar ia menjadi hadiah untuk kita di 'sana' nanti.
#DiariWardina
Comments
Post a Comment